Friday, November 23, 2007

Menanti Cihampelas Lebih Nyaman

Suradi (57), wisatawan dari Semarang, mengeluh bahwa berjalan di sepanjang Jalan Cihampelas, Senin (10/4), sangat tidak menyenangkan. Trotoar yang sempit membuatnya harus berebut dengan pengendara motor di jalan. "Karena tidak ada trotoar, saya harus menggunakan sebagian badan jalan," ujar Suradi, usai menyantap mi ayam di samping bus wisata yang membawanya. Suradi, salah satu wisatawan yang menikmati kebisingan Cihampelas, salah satu ikon Kota Bandung sebagai kota wisata belanja. "Sangat tidak nyaman, tidak ada trotoar di sepanjang Cihampelas. Padahal parkirnya harus di satu tempat," tuturnya.
Keluhan Suradi adalah keluhan hampir semua wisatawan yang menyusuri Cihampelas. Kemacetan tak pernah berhenti, sulit mencari tempat parkir, dan tidak ada fasilitas bagi pedestrian (pejalan kaki). Padahal, menurut Kepala Dinas Tata Kota Bandung Juniarso Ridwan, penataan Cihampelas menjadi prioritas Kota Bandung. Dia mengakui, menata Cihampelas tidak mudah karena tergantung pada kerelaan pemilik toko di sepanjang jalan itu untuk memberikan sebagian lahannya sebagai fasilitas wisata, yaitu trotoar dan tempat parkir.

Macet
Persoalan lain Cihampelas, yang dinyatakan sebagai areal bagi pejalan dengan sebutan yang disandangnya "Cihampelas Walk", adalah kemacetan yang luar biasa setiap akhir pekan.
Sepeda motor, mobil pribadi, bus pariwisata, semua saling berebut memadati Cihampelas. Tidak ada lagi ruang untuk para pejalan kaki. Meski areal itu dimaksudkan sebagai wisata belanja sambil berjalan menyusuri deretan toko yang ada, justru pejalan kaki menjadi tersisih oleh sesaknya arus kendaraan.
Tidak jarang kemudi sepeda motor harus menyenggol para pejalan kaki. Entah karena sepeda motor yang berjalan terlalu ke pinggir, atau pejalan kaki yang terlalu ke tengah. Namun yang pasti, tidak adanya trotoar membuat pejalan kaki tidak memilik ruang untuk bebas berjalan.
Menurut Juniarso, untuk mengatasi kerumitan masalah di Jalan Cihampelas diperlukan partisipasi semua pihak, terutama pemilik toko, yang harus menyediakan sebagian tempatnya untuk tempat parkir atau trotoar.
"Kami berencana untuk memberikan sosialisasi bagi para pengusaha. Kami harapkan bisa terwujud secepatnya karena kesuksesan proyek ini tergantung dari kemauan para pengusaha," ucap Juniarso. Tindakan yang nyata dan cepat harus segera diambil oleh Pemerintah Kota Bandung jika ingin tetap mempertahankan Cihampelas menjadi salah satu ikon wisata belanja di Kota Bandung. Ketidaknyamanan yang berlarut-larut akan menjadi cerita dari mulut ke mulut yang dibawa oleh para wisatawan setelah meninggalkan Bandung. Jangan biarkan Cihampelas "mati" akibat kesemrawutan.

Sumber: Kompas, Selasa, 11 April 2006



No comments: