Tuesday, October 30, 2007

Fosil Manusia Purba Ditemukan

pada penggalian tanggal 10 s.d 19 Juli lalu bersama penemuan 20.250 tulang hewan (bukan tulang manusia seperti yang diberitakan “PR” sebelumnya - red.) dan 2.040 serpihan batu. “Namun, demi alasan pengamanan, pengumuman penemuan fosil manusia purba itu baru dilakukan sekarang,” katanya.


Ditegaskan Tony, penemuan fosil berupa tengkorak, tulang kering, dan telapak kaki itu merupakan yang pertama di Jabar. “Sebelumnya, fosil manusia purba yang pernah ditemukan di Jabar hanyalah berupa gigi. Namun, fosil gigi yang ditemukan di Tambaksari Kec. Rancah Ciamis itu tak sezaman dengan fosil dari Gua Pawon. Manusia purba di Tambaksari diperkirakan berasal dari satu juta tahun lalu dan berjenis homo erectus dengan ciri volume otak sekira 1.100 cc, tak punya dagu dan kening,” katanya.


Tony pun mengatakan ada kemungkinan jumlah fosil di Gua Pawon akan terus bertambah. "Bisa saja kelak saat dilakukan penggalian lanjutan ditemukan kerangka bagian tubuh lainnya. Adapun fosil yang ditemukan sekarang kemungkinan tak satu individu karena berada di lapisan tanah yang berbeda. Fosil tengkorak berada di kedalaman 80 cm, sedangkan tulang kering dan telapak kaki di kedalaman 140 cm. Namun, seluruhnya berasal dari masa mesolitikum," katanya.


Umur manusia purba di Gua Pawon sekira 5.000 s.d 8.000 tahun lalu itu dikatakan Tony diperkirakan berdasarkan fosilisasi dan temuan di sekitarnya. "Walaupun penelitian lanjutan belum dilakukan, fosil manusia purba di Gua Pawon sangat mungkin berasal dari masa mesolitikum karena ditemukan pada spit (lapisan tanah - red.) yang sama dengan alat-alat serpih," katanya.


Selain itu, keadaan fosil sendiri dikatakan Tony tak terlalu keras sehingga diduga fosilisasinya tak terlalu tua, hanya sekira 5.000 s.d 8. 000 tahun lalu. "Fosil-fosil yang lebih tua dipastikan lebih keras," katanya.


Dijelaskan Tony, jenis manusia purba di Gua Pawon itu adalah homo sapiens dengan ciri-ciri volume otak sekira 1.600 cc, punya dagu dan kening. "Jadi, manusia di Gua Pawon itu lebih pintar dibandingkan yang di Tambaksari," katanya.


Cara hidup manusia purba dari masa mesolitikum adalah peralihan dari kehidupan mengembara ke kehidupan menetap. "Walau masih taraf peralihan, mereka telah mulai mencoba hidup menetap," katanya.


Dirusak


Walaupun sudah berusaha tak diumumkan terlebih dahulu kepada pers, keberadaan tengkorak ternyata tak lepas dari perusakan oleh tangan-tangan jahil. "Tengkorak itu masih utuh saat pertama ditemukan. Namun, kini keadaanya sudah pecah-pecah," kata Ketua Tim Peneliti Gua Pawon, Drs. Lutfi Yondri.


Oleh karena itu, Lutfi mengimbau kepada semua pihak agar melestarikan peninggalan budaya bangsa. "Selain dilindungi UU No. 5/1992 tentang Benda Cagar Budaya, peninggalan itu merupakan aset bangsa yang harus dilestarikan," katanya.


Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Prov. Jabar, H. Memet H. Hamdan pun menyesalkan tindakan pengrusakan itu. "Kami bekerja sama dengan pihak-pihak terkait seperti Pemkab Bandung harus segera mengamankan situs seperti dengan memagarnya. Pengamanan itu harus dilakukan secepatnya. Bahkan, besok pun (hari ini - red.) semestinya sudah mulai dipagar," katanya.


Untuk langkah awal, Memed pun mengatakan sudah meminta pihak desa untuk mengamankan situs. "Saya sudah bekerja sama dengan Kepala Desa Masigit, U. Husaini untuk segera memagar situs. Karena perlu langkah cepat, pengerjaannya sementara ditalangi pihak desa terlebih dahulu, kemudian seluruh biayanya akan diganti," katanya.


Sementara itu, meskipun menyanggupi, Kepala Desa Masigit, U. Husaini mengatakan pekerjaan itu tak akan selesai satu hari. "Karena pengunjung jauh lebih banyak sejak diberitakan penemuan 20.250 tulang hewan dan 2.040 serpihan batu di media massa, pemagaran itu harus kuat sehingga pengerjaanya kemungkinan tak selesai sehari," katanya.


Danau Bandung


Karena diperkirakan berasal dari 5.000 s.d 8.000 tahun lalu, Tony memperkirakan keberadaan manusia purba di Gua Pawon itu sangat erat dengan keberadaan Danau Bandung. "Walaupun belum dilakukan analisis karbon, perkiraan kronologi 5.000 s.d 8.000 tahun lalu itu juga mengacu kepada penelitian-penelitian sebelumnya yang menunjukkan masa mesolitikum di sekitar Danau Bandung sekira 4.000 s.d 10.000 ribu tahun lalu," katanya.


Suatu hal yang menarik perhatian ialah penemuan benda-benda dari masa mesolitik berupa alat-alat obsidian dari daerah cekungan Bandung ditemukan di 23 tampat lainnya pada ketinggian sekira 725 m di atas permukaan laut (dpl). "Penelitian dan penginventarisan itu salah satunya dilakukan Dr. G.H.R. Von Koenigswald tahun 1930 s.d. 1935," katanya.


Berdasarkan hal itu, timbulah dugaan bahwa daerah yang dibatasi benda-benda temuan itu dahulunya adalah danau. "Apalagi ketinggian Gua Pawon pun sekira 700 m dpl. Selain itu, kepastian akan keberadaan Danau Bandung pun didukung oleh ahli geologi," kata Tony.


Benda-benda masa mesolitik di cekungan Bandung yang terbuat dari obsidian itu ditemukan antara lain di Ujung Berung, Nagreg, Cicalengka, Majalaya, Ciparay, Banjaran, Soreang, Cililin, Padalarang, Cimahi, Lembang, dan Dago. "Berdasarkan hal itu, kehidupan manusia mesolitik diduga telah muncul di dalam gua-gua di tepi Danau Bandung," katanya.


Keberadaan Danau Bandung yang didukung oleh temuan purba, dikatakan Tony, menunjukkan tempat di sekitar situ memenuhi syarat untuk hidup. "Keadaan tofografi, letak geografis, sumber daya alam, dan iklim di sekitar Danau Bandung sangat menunjang kehidupan mereka. Manusia masa lampau hidup di sisi-sisi danau. Mereka masih hidup pada zaman peralihan dari kehidupan mengembara ke kehidupan menetap," katanya


Sumber: Pikiran Rakyat, Rabu, 20 Agustus 2003.

No comments: